MTsN 3 Kota Padang Gelar Lokakarya Madrasah Inklusi, Hadirkan Kepala SMPN 38 Kota Padang Sebagai Narasumber

01 Februari 2025

Padang, Humas – MTsN 3 Kota Padang menggelar Lokakarya Madrasah Inklusi pada Sabtu, 1 Februari 2025, pukul 11.00 WIB. Kegiatan ini menghadirkan Kepala SMPN 38 Kota Padang, Agus Rindo, S.Pd., sebagai narasumber utama dengan materi “Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Madrasah.” Sebelum memulai sesi pemaparan, narasumber menyempatkan diri berkeliling memeriksa ruang kelas. “Sebelum mengajar, kita perlu melihat dulu medan tempur,” ujarnya sambil tersenyum, menyiratkan pesan bahwa lingkungan belajar harus benar-benar siap menerima setiap peserta didik dengan kebutuhan yang berbeda.

Dalam paparannya, Agus Rindo menekankan bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, termasuk anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan perhatian dan metode pembelajaran yang sesuai. “Kita tidak bisa menyamaratakan cara mengajar untuk semua siswa. Ada yang cepat menangkap pelajaran, ada yang butuh pendekatan khusus,” jelasnya. Ia juga mengungkapkan berbagai hambatan yang dihadapi guru dalam mengajar anak inklusif, seperti gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta keterbatasan fisik yang mempengaruhi proses belajar.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, guru perlu menerapkan modifikasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak inklusi. Modifikasi ini bisa berupa penyesuaian metode mengajar, penyusunan materi yang lebih fleksibel, serta penggunaan alat bantu yang mendukung pembelajaran mereka. “Kreativitas, imajinasi, dan inovasi adalah kunci dalam mendidik anak berkebutuhan khusus. Kita harus mampu menyajikan pembelajaran yang tidak hanya informatif tetapi juga menyenangkan dan sesuai dengan kondisi mereka,” tambahnya.

Lebih lanjut, Agus Rindo menjelaskan empat upaya utama dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif, yaitu: (1) memastikan madrasah menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, (2) menyediakan pendamping pembelajaran berdiferensiasi untuk membantu siswa sesuai kebutuhannya, (3) menerapkan kurikulum yang fleksibel dan adaptif, serta (4) menggunakan standar penilaian khusus yang menyesuaikan dengan kondisi dan perkembangan masing-masing anak.

Di akhir sesi, ia menekankan bahwa madrasah inklusi harus memiliki karakter “RAMAH ANAK”—tidak hanya dalam aspek fisik, tetapi juga dalam pendekatan pembelajaran yang lebih bersahabat bagi semua siswa. “Madrasah inklusi bukan sekadar menerima anak berkebutuhan khusus, tetapi juga memastikan mereka mendapatkan hak belajar yang sama dengan anak lainnya,” tutupnya. Lokakarya ini menjadi langkah penting bagi MTsN 3 Kota Padang dalam meningkatkan kesiapan dan kompetensi guru dalam mendidik siswa berkebutuhan khusus, sekaligus mewujudkan madrasah yang benar-benar inklusif dan ramah bagi semua. (AA. Foto: AA)

Informasi lainnya…

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *